MENGHADAPI MASA PUBERTAS KAUM REMAJA
Oleh : Agus Santoso
Berdasarkan prediksi WHO, pada tahun 2000 nanti akan ada 110 juta penderita HIV/ AIDS , dimana 65 % akan menyerang kaum muda. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jakarta, mengenai perilaku remaja, ternyata sekitar 6-20 persen siswa SMU dan mahasiswa pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (Pikiran Rakyat, edisi 31 Oktober 1999).
Tingkat kerawanan masa remaja memang sudah sedemikian mengkhawatirkan. Apabila gejala seperti ini tidak mendapat penanganan yang serius, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi kita di tahun-tahun mendatang. Sejak berabad-abad silam Islam telah memberikan paket solusi yang tepat, namun sayangnya hal ini banyak dilupakan orang, termasuk oleh kaum muslim itu sendiri.
Masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak. Pada masa ini mulai terjadi perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, organ-organ tubuh tertentu, seperti organ reproduksi atau organ seksual dan jaringan syaraf mulai berfungsi. Sedangkan secara psikis, mulai mengalami perkembangan emosional dengan ditandai adanya kecenderungan terhadap lawan jenis, adanya keinginan untuk memiliki teman khusus yang disukai, dan mulai melepaskan diri dari kendali orang tua, dll.
Oleh karena itu, masa ini merupakan fase terpenting dalam kehidupan manusia. Dorongan-dorongan seksual mulai muncul. Apabila tidak diarahkan secara tepat, maka dorongan-dorongan itu akan dapat menjerumuskan para remaja. Apalagi sekarang faktor lingkungan sangat merangsang munculnya penyimpangan seksual (zina). Acara-acara di televisi, tabloid, majalah, internet dan media-media lainnya dapat merangsang untuk mencoba dan menyalurkannya pada hal-hal yang haram.
Masa remaja ini juga sering disebut sebagai masa pubertas yang merupakan salah satu fase pertumbuhan yang dialami seseorang. Masa ini berjalan sekitar delapan atau sepuluh tahun, yakni pada masa antara usia 11 sampai 21 tahun.
Secara individu masa pubertas berbeda antara seorang laki-laki dan perempuan. Dari segi usia, laki-laki menjalani masa ini mulai usia 13 sampai 15 tahun. Sedangkan perempuan mulai mengalami masa iji pada usia 11 sampai 13 tahun. Iklim di suatu daerah pun memberikan pengaruh signifikan. Di daerah beriklim panas, masa pubertas relatif lebih cepat dialami dibanding di daerah dingin atau sedang.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini , disertai dengan gejala-gejala khusus dalam tingkah laku yang menuntut perhatian dan pengawasan. Pada saat ini, mulai muncul misteri-misteri yang mengundang kebingungan dan kegelisahan.
Jika dorongan-dorongan ini tidak disalurkan akan menimbulkan tekanan jiwa akan lahir kekecewaan. Lebih berbahaya lagi,jika pada masa ini tidak disertai dengan bimbingan agama, maka akibatnya adalah sikap kebencian terhadap agama, sikap takut dan akhirnya menghindari nilai-nilai agama. Pergaulan bebas lebih mereka sukai daripada menahan dan mengendalikan hawa nafsu di bawah lindungan agama. Na’udzubillahi min dzalika.
Upaya Solusi Islam
Secara umum, Islam telah memberikan solusi secara preventif, dalam Surat An-Nuur ayat 30 dijelaskan: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka”, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan beberapa ayat dalam surat lainnya
Bimbingan agama sejak dini bisa dijadikan sebagai tindakan preventif agar terbangun benteng yang kokoh pada diri si anak untuk menghalau godaan-godaan nafsu syaithani. Hal ini dapat menghindari terjadinya kesalahan anggapan para remaja terhadap ajaran agama. Tidak akan ada lagi anggapan bahwa agama itu sangat membatasi penyaluran seks mereka atau nilai-nilai agama itu identik dengan larangan-larangan yang sangat menakutkan. Akan tetapi justru sebaliknya, agama akan dianggap sebagai jalan menuju keselamatan, sehingga remaja bisa menahan dan menyalurkan dorongan-dorongannya ke arah yang bermanfaat, seperti giat belajar, berjihad, dll.
Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan tentang pendidikan seks (sex education) di kalangan remaja sebagai salah satu solusi bagi mencegah maraknya kasus penyimpangan seksual di kalangan remaja. Namun, sejauh ini masih terdapat pro dan kontra terhadap bagaimana cara menerapkan pendidikan seks tersebut pada anak.
Selain secara preventif, Rasulullah SAW pun telah memberikan pelajaran kepada kita bagaimana cara untuk mengatasi atau mengobati penderita penyimpangan seksual ini. Melalui metode dialogis, Rasul SAW memberikan upaya penyembuhan secara tepat dan berhasil. Berikut ini petikan dialog Rasulullah SAW dengan seorang pemuda yang datang menghadap beliau untuk minta izin berbuat zina (melakukan hubungan seks di luar nikah). Karuan saja, para sahabat yang ada di tempat itu mencaci-maki pemuda itu.
Pemuda itu berkata: “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.” Rasulullah SAW tidak serta merta membentak dan mencaci pemuda itu sebagaimana orang-orang yang hadir di tempat itu, Rasul SAW yang mulia ini dengan tenang mendekati pemuda itudan duduk di sampingnya. Kemudian Rasul SAW balik bertanya: “Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?” Tentu saja si pemuda tadi tersentak kaget seraya menjawab: “Sekali-kali tidak. Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.”
Rasul menimpali: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka.” Kemudian Rasulullah SAW mengulang lagi pertanyaan serupa sampai tiga kali, dengan menggantiobjek permisalannya, yakni : bagaimana kalau hal itu terjadi pada saudara perempuanmu, saudara perempuan bapakmu, dan terakhir saudara perempuan ibumu.
Dengan berondongan pertanyaan yang bertubi-tubi itu, menjadikan si pemuda semakin yakin bahwa keinginannya itu adalah perbuatan nista dan ia tidak mau memperturutkan hawa nafsunya lagi. Untuk menenangkan hati si pemuda itu, Rasulullah SAW memegang dada si pemuda sambil berdo’a: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya!” Semenjak itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif.
Begitulah Guru Besar kita memberikan terapi yang manjur dan sangat membekas di hati seorang pemuda yang meluap-luap dorongan seksualnya.
Di samping itu, peran orang tua di rumah sangat besar peranannya untuk mencegah terjadinya bentuk penyimpangan seksual pada anak remaja (usia puber). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para orang tua dalam membimbing anak-anaknya. Antara lain:
Pertama, anak remaja agar dijauhkan dari segala sesuatu yang dapat mempengaruhi nafsu syahwatnya.
Kedua, hindarkan anak dari kebiasaan melamun atau duduk termenung melambungkan angan-angan negatifnya. Arahkanlah anak terhadap aktivitas-aktivitas positif.
Ketiga, pisahkan tempat tidur anak lelaki dan perempuan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Keempat, apabila sudah terlanjur maka bimbinglah untuk bertaubat, mohon ampunan kepada Allah SWt agar dosa-dosanya terhapus dan tidak mengulangi perbuatan nista itu lagi serta kembali ke jalan Allah SWT.
Wallahu a’lam bishshawab.
Dari berbagai sumber.
sumber : http://agusmupla.files.wordpress.com/2007/10/menghadapi-masa-pubertas.doc
Oleh : Agus Santoso
Berdasarkan prediksi WHO, pada tahun 2000 nanti akan ada 110 juta penderita HIV/ AIDS , dimana 65 % akan menyerang kaum muda. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Jakarta, mengenai perilaku remaja, ternyata sekitar 6-20 persen siswa SMU dan mahasiswa pernah melakukan hubungan seks pra nikah. (Pikiran Rakyat, edisi 31 Oktober 1999).
Tingkat kerawanan masa remaja memang sudah sedemikian mengkhawatirkan. Apabila gejala seperti ini tidak mendapat penanganan yang serius, maka hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas generasi kita di tahun-tahun mendatang. Sejak berabad-abad silam Islam telah memberikan paket solusi yang tepat, namun sayangnya hal ini banyak dilupakan orang, termasuk oleh kaum muslim itu sendiri.
Masa remaja adalah masa transisi yang penuh gejolak. Pada masa ini mulai terjadi perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Secara fisik, organ-organ tubuh tertentu, seperti organ reproduksi atau organ seksual dan jaringan syaraf mulai berfungsi. Sedangkan secara psikis, mulai mengalami perkembangan emosional dengan ditandai adanya kecenderungan terhadap lawan jenis, adanya keinginan untuk memiliki teman khusus yang disukai, dan mulai melepaskan diri dari kendali orang tua, dll.
Oleh karena itu, masa ini merupakan fase terpenting dalam kehidupan manusia. Dorongan-dorongan seksual mulai muncul. Apabila tidak diarahkan secara tepat, maka dorongan-dorongan itu akan dapat menjerumuskan para remaja. Apalagi sekarang faktor lingkungan sangat merangsang munculnya penyimpangan seksual (zina). Acara-acara di televisi, tabloid, majalah, internet dan media-media lainnya dapat merangsang untuk mencoba dan menyalurkannya pada hal-hal yang haram.
Masa remaja ini juga sering disebut sebagai masa pubertas yang merupakan salah satu fase pertumbuhan yang dialami seseorang. Masa ini berjalan sekitar delapan atau sepuluh tahun, yakni pada masa antara usia 11 sampai 21 tahun.
Secara individu masa pubertas berbeda antara seorang laki-laki dan perempuan. Dari segi usia, laki-laki menjalani masa ini mulai usia 13 sampai 15 tahun. Sedangkan perempuan mulai mengalami masa iji pada usia 11 sampai 13 tahun. Iklim di suatu daerah pun memberikan pengaruh signifikan. Di daerah beriklim panas, masa pubertas relatif lebih cepat dialami dibanding di daerah dingin atau sedang.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa ini , disertai dengan gejala-gejala khusus dalam tingkah laku yang menuntut perhatian dan pengawasan. Pada saat ini, mulai muncul misteri-misteri yang mengundang kebingungan dan kegelisahan.
Jika dorongan-dorongan ini tidak disalurkan akan menimbulkan tekanan jiwa akan lahir kekecewaan. Lebih berbahaya lagi,jika pada masa ini tidak disertai dengan bimbingan agama, maka akibatnya adalah sikap kebencian terhadap agama, sikap takut dan akhirnya menghindari nilai-nilai agama. Pergaulan bebas lebih mereka sukai daripada menahan dan mengendalikan hawa nafsu di bawah lindungan agama. Na’udzubillahi min dzalika.
Upaya Solusi Islam
Secara umum, Islam telah memberikan solusi secara preventif, dalam Surat An-Nuur ayat 30 dijelaskan: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu lebih suci bagi mereka”, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka perbuat.” Dan beberapa ayat dalam surat lainnya
Bimbingan agama sejak dini bisa dijadikan sebagai tindakan preventif agar terbangun benteng yang kokoh pada diri si anak untuk menghalau godaan-godaan nafsu syaithani. Hal ini dapat menghindari terjadinya kesalahan anggapan para remaja terhadap ajaran agama. Tidak akan ada lagi anggapan bahwa agama itu sangat membatasi penyaluran seks mereka atau nilai-nilai agama itu identik dengan larangan-larangan yang sangat menakutkan. Akan tetapi justru sebaliknya, agama akan dianggap sebagai jalan menuju keselamatan, sehingga remaja bisa menahan dan menyalurkan dorongan-dorongannya ke arah yang bermanfaat, seperti giat belajar, berjihad, dll.
Akhir-akhir ini, ramai dibicarakan tentang pendidikan seks (sex education) di kalangan remaja sebagai salah satu solusi bagi mencegah maraknya kasus penyimpangan seksual di kalangan remaja. Namun, sejauh ini masih terdapat pro dan kontra terhadap bagaimana cara menerapkan pendidikan seks tersebut pada anak.
Selain secara preventif, Rasulullah SAW pun telah memberikan pelajaran kepada kita bagaimana cara untuk mengatasi atau mengobati penderita penyimpangan seksual ini. Melalui metode dialogis, Rasul SAW memberikan upaya penyembuhan secara tepat dan berhasil. Berikut ini petikan dialog Rasulullah SAW dengan seorang pemuda yang datang menghadap beliau untuk minta izin berbuat zina (melakukan hubungan seks di luar nikah). Karuan saja, para sahabat yang ada di tempat itu mencaci-maki pemuda itu.
Pemuda itu berkata: “Wahai Rasulullah, izinkanlah aku berzina.” Rasulullah SAW tidak serta merta membentak dan mencaci pemuda itu sebagaimana orang-orang yang hadir di tempat itu, Rasul SAW yang mulia ini dengan tenang mendekati pemuda itudan duduk di sampingnya. Kemudian Rasul SAW balik bertanya: “Apakah engkau ingin hal itu (zina) terjadi pada ibumu?” Tentu saja si pemuda tadi tersentak kaget seraya menjawab: “Sekali-kali tidak. Demi Allah yang menjadikan saya sebagai tebusan Tuan.”
Rasul menimpali: “Begitu pula orang lain, tidak ingin hal itu terjadi pada ibu mereka.” Kemudian Rasulullah SAW mengulang lagi pertanyaan serupa sampai tiga kali, dengan menggantiobjek permisalannya, yakni : bagaimana kalau hal itu terjadi pada saudara perempuanmu, saudara perempuan bapakmu, dan terakhir saudara perempuan ibumu.
Dengan berondongan pertanyaan yang bertubi-tubi itu, menjadikan si pemuda semakin yakin bahwa keinginannya itu adalah perbuatan nista dan ia tidak mau memperturutkan hawa nafsunya lagi. Untuk menenangkan hati si pemuda itu, Rasulullah SAW memegang dada si pemuda sambil berdo’a: “Ya Allah, ampunilah dosanya, sucikanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya!” Semenjak itu, pemuda tadi menjadi orang yang arif.
Begitulah Guru Besar kita memberikan terapi yang manjur dan sangat membekas di hati seorang pemuda yang meluap-luap dorongan seksualnya.
Di samping itu, peran orang tua di rumah sangat besar peranannya untuk mencegah terjadinya bentuk penyimpangan seksual pada anak remaja (usia puber). Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh para orang tua dalam membimbing anak-anaknya. Antara lain:
Pertama, anak remaja agar dijauhkan dari segala sesuatu yang dapat mempengaruhi nafsu syahwatnya.
Kedua, hindarkan anak dari kebiasaan melamun atau duduk termenung melambungkan angan-angan negatifnya. Arahkanlah anak terhadap aktivitas-aktivitas positif.
Ketiga, pisahkan tempat tidur anak lelaki dan perempuan, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
Keempat, apabila sudah terlanjur maka bimbinglah untuk bertaubat, mohon ampunan kepada Allah SWt agar dosa-dosanya terhapus dan tidak mengulangi perbuatan nista itu lagi serta kembali ke jalan Allah SWT.
Wallahu a’lam bishshawab.
Dari berbagai sumber.
sumber : http://agusmupla.files.wordpress.com/2007/10/menghadapi-masa-pubertas.doc
Tidak ada komentar:
Posting Komentar